Judul : Lisa San No Machigatta Koi –
Cinta Yang Salah
Pengarang : Ira Diana
Penerbit : CV. ERZATAMA KARYA ABADI
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Hal. : 164 Halaman
Harga :
Rp. 54.000
Sinopsis :
Gadis cantik asal Bengkulu ini
berharap dapat melanjutkan pasca sarjananya di negeri matahari terbit, yaitu
Jepang mendapatkan gelar cum laude di
Universitas Bengkulu tak membuat harapannya menjadi kenyataan. Bukan karena tak
memiliki uang ia tak dapat ke negeri Jepang, namun karna keputusan yang salah
lah yang membuat impiannya tak menjadi kenyataan.
Keputusan yang salah itu adalah ketika
ia harus menikah di usia muda, namun tak mendapatkan restu dari ibu beserta
adik-adik dari kekasihnya. Perlakuan kasar hingga tak pernah dianggap di rumah
tersebut membuat ia harus banyak bersabar tanpa ada siapa pun yang membela
dirinya.
Semuanya terasa sakit, tapi ia tetap
selalu kuat menghadapi semuanya demi mempertahankan bahtera rumah tangganya.
Namun, segalanya tak kuasa ia tahan saat pengkhianatan sang suami harus
dihadapinya. Jika harus menahan sakit ini sendirian mungkin ia masih dapat
menahannya, tetapi sekarang ia sudah bersama sang buah hati dan pada akhirnya
berpisah adalah jalan yang terbaik.
Mengumpulkan lagi hati yang rapuh
berserakan, dengan semangat dari orang tuanya yang ia dapat, akhirnya ia pun
pergi berangkat ke negeri sakura. Bagaimana ceritanya selanjutnya? Penulis akan
mengajak pembaca untuk dapat mengambil hikmah dari seorang perempuan yang kuat,
yang bahkan dapat menggapai cita-citanya hanya dengan kedua kakinya saja.
Resensi :
“Kampusku sangat luas,
bahkan salah satu kampus terluas di Asia Tenggara. Universitas Bengkulu
namanya, sesuai dengan lokasi daerah berdirinya” (Hal 11)
“Karena pepohonan yang
banyak itu, membuat udara di kampus bak gunung, sejuk, indah, dan asri” (Hal 11)
“Pantai panjang
merupakan salah satu pantai di Bengkulu yang sangat bagus. Ombaknya tinggi
sehingga banyak bule yang berselancar di sini, banyak juga pengunjung dari luar
daerah berwisata ke sini” (Hal 160)
Kutipan-kutipan diatas adalah salah
satu kutipan yang paling saya suka dari tulisan mbak Ira Diana, karena dari
kutipan tersebut tergambar jelas bahwa penulis sedikit banyaknya telah
memberitahukan kepada masyarakat luar kota Bengkulu, bahwa Bengkulu memiliki
banyak kelebihan, dan banyak hal yang dapat dibanggakan.
Kasih
orang tua sepanjang zaman, dan kasih anak sepanjang jalan. Mungkin peribahasa
diatas sangat tepat sebagai ungkapan untuk kedua orang tua Lisa. Lisa tak
mendengarkan apa yang telah kedua orang tuanya katakan, hingga iya harus
menanggung sakitnya sebuah cinta yang salah dari sebuah keputusan yang salah.
Namun, ayah dan ibu Lisa tetap selalu berada disampingnya, mendukungnya,
memotivasinya hingga iya mampu bangkit dari keterpurukan hidup yang ia alami.
Penulis
secara tidak langsung telah memberitahukan kepada para pembaca bahwa yang
menurut kita baik, belum tentu itu adalah hal yang paling terbaik.
Sepintar-pintarnya seorang anak, tetapi pengalaman orang tua jauh lebih banyak
dan orang tua kita jauh lebih tau apa yang terbaik untuk kita.
“Tidak ada, orang tua yang menginginkan anaknya untuk disakiti Lis,
apalagi diperlakukan seperti hewan, semaunya saja...,” (Hal 60)
Sahabat,
iyalah yang selalu menemani disaat kita merasa dunia sudah tak berpihak lagi
terhadap kita. Vivi, Tia, dan Margaret adalah sahabat-sahabat Lisa yang selalu
berada disampingnya, dan yang sangat mengerti dirinya selain ayah dan ibunya.
Di Indonesia ada Via dan Tia yang memang adalah sahabat Lisa dari ia masih
berada di bangku kuliah, dan saat Lisa berada dalam keterpurukan sahabatnya
dengan tepat bisa menghiburnya, bahkan Tia bisa mengalihkan rasa sakit yang
Lisa rasakan. Begitu juga dengan Margaret, sama-sama berasal dari Indonesia dan
mendapatkan beasiswa ke Jepang membuat mereka merasa satu, kemana-mana selalu
bersama bagaikan perangko, satu sama lain telah saling memahami hingga jika
salah satu dari mereka merasa sakit, maka yang lain juga ikut merasakan.
Pesan
Moral yang ditangkap oleh pembaca sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh penulis. Bahwa agar sebuah persahabatan dapat
terjalin dengan kokoh dibutuhkan sifat jujur dan selalu berterus terang, dan
sahabat lah yang bisa membantu kita disaat tiada orang lain yang bisa membantu
kita. Saling memahami, selalu ada, dan saling melengkapi adalah simbol dari
sebuah sahabat yang sesungguhnya.
“Motto kami, terus terang dan jujur. Karena hal itulah yang menjadi
pondasi kuat untuk suatu persahabatan.” (Hal
18)
“Menyusuri jalan bersama adalah hal yang menyenangkan. Kami banyak
bercerita sepanjang jalan, tertawa, dan menertawakan lika-liku hidup di rantau.
Temuan hidup yang mesti kami temui dan hadapi. Sedih, kecewa, senang dan susah
bercampur.”
(Hal 138)
Bahasa yang ada di buku ini sangat
beragam, dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jepang. Karena
banyaknya bahasa yang terdapat di buku ini, membuat para pembaca dapat menambah
wawasan kosa katanya. Namun, karena buku ini mempunyai bahasa Jepang yang
sangat tidak familiar di telinga si pembaca, maka pembaca sedikit kesulitan
jika harus selalu melihat catatan kaki yang berada di bawah buku.
Pesan-pesan moral dan cerminan kehidupan sangat nyata
terlihat disini, sehingga pembaca dengan mudah dapat mengambil hikmah dari
novel ini, salah satunya dari kutipan-kutipan dibawah ini.
“hargai orang yang sudah datang, bukan menunggu atau menghargai orang yang belum datang.” (Hal 108)
“Ketika ujian dan derita hidup menjadi cambuk, kau akan melesat
bagai kuda mencapai garis finish dari perjuanganmu yang sesungguhnya” (Hal 112)
Dari dua kutipan diatas terlihat bahwa makna-makna
tesirat dari novel tersebut benar-benar membuat para pembaca menjadi terhanyut
dalam cerita ini. Namun, Alur yang maju-mundur-maju dan alur yang sangat cepat
membuat pembaca juga harus membaca dua kali agar dapat memahami isi dari buku
ini.
Disini
juga penulis mengatakan di bagain depan dan di biografi, bahwa adik beliau
telah meninggal karena penyakit lupus, dan keadaan ini sama dengan yang dialami
oleh adik Margaret sahabat dekat Lisa sewaktu di Jepang. Jadi, bisa dipastikan
pembuatan novel ini sangat menguras hati dan pikiran penulis, karena harus
dihadapkan dengan kenyataan pahit ini. Tetapi sudut pandang dari novel ini juga
hanya dari Lisa, tokoh-tokoh lain sangat sedikit sekali bahkan nyaris tidak ada
untuk bagian sudut pandang ini, sehingga pembaca tidak bisa ikut larut
sepenuhnya dengan kisah ini. Sepertinya penulis hanya ingin fokus pada wanita
tangguh saja, yaitu “LISA”.
Bisa dilihat bahwa cinta sejati pasti akan menghampiri
orang yang tepat? Ya, Lisa telah menemukannya. Bukan bersama Tomy, dan bukan
juga bersama Achmad. Tetapi Lisa bersama Raki yang mampu menjaga Lisa dan
Angga dengan cinta sejatinya.
Disini penulis membuat pembaca tidak bisa menebak akhir
dari cerita ini sehingga para pembaca tertantang untuk terus menerus membaca
buku ini hingga akhir. Berakhir dengan bahagia atau “happy ending”, Lisa
akhirnya bersama Raki. Tetapi penulis kurang menghadirkan secara lebih lengkap
perjalanan kisah dari Raki dan Lisa, sehingga pembaca merasa kurang puas dengan
akhir dari cerita ini. Semoga penulis dapat menghadirkan sequel kedua dari buku ini.
Kesimpulan :
“Selama ada kemauan disitu ada jalan.” Satu kalimat itu merupakan
kalimat yang pas untuk buku ini. Lisa dengan tetap penuh semangat
mengejar cita-citanya hingga ke Jepang, meskipun harus mengumpulkan semangat
akibat hatinya yang sudah hancur, harus terpaksa meninggalkan kedua orang
tuanya beserta Angga sang anak. Banyak hal yang sudah ia korbankan hingga
akhirnya ia mendapatkan kebahagian, lika-liku bersama Tomy yang berujung dengan
pengkhianat yang keji, bersama Achmad yang harus dipisahkan dengan maut, hingga
Angga yang tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Begitu pedih perjalanan
hidupnya, tetapi Tuhan tidak tidur, segala usaha, jerih payah, dan doa yang
dipanjatkan oleh Lisa terbayar sudah dengan kebahagian menjadi dosen di
Universitas Bengkulu dan mendapatkan pasangan yang tepat, yaitu Raki.
Rating : 3.5/5